Minggu, 07 Desember 2014

"SETUJU ATAS PENGHANCURAN PERAHU-PERAHU ASING PENCURI IKAN?"


Suara Metro Jabar; (07/12/2014)
Perjalanan penulis ke tempat Pantai Pangandaran Jawa Barat  yang lumayan “melelahkan”  itu terobati sudah ketika berhasil “mengintip” salah satu kegiatan penting Warga Nelayan di sana , penulis yang (memang) Awam tentang kegiatan sehari-hari warga nelayan di Pantai indah  Pangandaran yang kini telah depenitif “Memisahan” diri dari Kabupaten Induknya (Kabupaten Ciamis) tersebut sangat kental dengan kehidupan Warga Nelayannya  di sana.
Salah satu yang terintip dari kegiatan sehari-harinya para “Istri-istri” nelayan itu adalah sosok  sekelompok Wanita yang biasa mencari ikan dengan memasang jaring “Sered”*Bhs Sunda yang artinya Tarik/Menarik sebuah barang  (Atau Bernama lain dari  istilah para Warga Nelayan di Sana-Pen) .
Kegiatan sehari-hari para Wanita pemberani itu penulis namakan Sered Jaring karena Komunikasi sempat terbatas dengan para Wanita Pemberani tersebut.
Sered Jaring itu dilakukan sekelompok kecil Wanita-wanita nelayan di sana  (Mungkin Istri-istri para Nelayan yang suaminya tengah berada di tengah Samudra Indonesia sedang melakukan Aktifitasnya-Pen) dengan personil anggota kelompok sekitar 5 Orang wanita warga asli Pangandaran yang memasang jaring itu di tengah-tengah laut pantai tersebut ketika orang lain tengah tidur terlelap di Pagi Buta sekitaran jam 03;00 (Pagi)  Wib  ,
 Lalu ketika sang fajar telah nongol para wanita itu menarik jaring dengan cara-cara sederhana namun unik bila di amati , kerjasama itu dibangun dengan sangat apik dan teratur sesuai Ritme deburan Ombak pantai indah pangandaran.



Hasil pendapatan dari sered jaring itu , ketika peminat (Up to Date) membeli ikan segar yang ada di jaring tersebut sesuai kebutuhan pembeli ,
Dan transaksi yang up to date itu terjadi di sana karena kelompok wanita itupun telah membawa (alat)  timbangan gantung ukuran kecil ke arena pekerjaannya/kegiatannya tersebut  , Dan ukuran jumlah  harga Pasaran Ikan Laut  Segar perkilonya telah sama-sama di pahami oleh pembeli yang menetapkan harga up to date pula langsung di tempat ,
“Rp.35.000, sekilonya ya,,!” Ucap ketua Kelompok Sered Jaring itu ketika seorang bapak-bapak warga setempat membeli ikan laut yang segar itu pagi tadi.
Kesepakatan harga di setujui sudah , dan penulispun langsung mengambil kesimpulan hebat atas  (Kejadian tersebut) pra-kondisi  dari kondisi transaksi tersebut.
“Kita nanti bagi hasil (Persentase uang hasil Jual Beli-Pen) setelah kita lelah bekerja (Sore nanti)  dan kegiatan ini kita teruskan lagi esok hari,!” Ucapan itu terlontar dari Tetua di Kelompok tersebut ketika di Tanya bagaimana nanti tata cara pembagian uang hasil dari pendapatan ( keuntungan)  dari jual beli unik tersebut?.
Bila kita telisik lebih lanjut lagi , mereka para pencari ikan dengan cara itu hanya ada beberapa kelompok saja di pantai pangandaran , namun yang lebih menariknya lagi tentang kegiatan salah satu element penting warga Pantai Pangandaran itu  dari tata caranya yang unik atas sikapnya  “Mempertahankan” hidup Warga Nelayan dari sekelompok (Kecil) perempuan-perempuan  di sana , mereka wanita-wanita pekerja yang gigih itu  berbuat sesuatu untuk tetap hidup dan mengusahan hidupnya ,
 Dan penulis sempat berfikir bahwa “Betul” sekali ucapan Bu Mentri Tuti Pudjiastuti (Mentri Kelautan Dan Perikanan Kabinet Presiden Joko Widodo)  yang terkenal  (Warga Asli Pangandaran) tersebut yang  pernah berkata bahwa
“Nelayan kita mesti Kaya Raya , karena hasil laut kita itu ternyata telah di rampok oleh penjahat-penjahat ikan dari wilayah Negara lain di tengah samudra Indonesia sana dengan melakukan illegal fhising ,,!”(@;Sumber)  dan penulispun mencoba   menyikapi  tindakan yang telah  terjadi/dilakukan atas  “ penghancuran”  Kapal-kapal Asing itu telah “Benar & Tepat” di lakukan  oleh Pemerintahan Republik Indonesia.
Bila kita ulas sedikit saja kata-kata pepatah yang “Sedikit Nyelekit” di hati kita itu adalah sebuah  ungkapan  “ Manusia Indonesia itu kelaparan  di Atas  Gundukan Padi”.
Kesimpulan Awal;
Wanita-wanita pelaku “Sered Jaring” itu mungkin berharap banyak atas kegiatan usahanya tersebut , bangun tengah malam lalu memasang jaring di tengah lautan dengan penataan waktu yang mengerikan “Tengah malam” dengan cara kerjasama ,
 Setelah menunggu sekitaran 3 jam mereka tertatih-tatih menarik jaring sered itu ketepian pantai dan berhasil dapat ikan walau dengan jumlah yang biasa (tidak terlalu banyak),
Setelah itu terjadi transaksi jual beli di sana dengan cara Up to date dengan pembeli yang berminat atas tangkapan di jaring sered  tersebut ,
 Mungkin kegiatan itu  hanya dua kali dalam sehari antara pagi buta dan siang hari untuk tarikan/ditarik  (Sered) yang ke dua kalinya (sesi ke dua)
Dan Uang Rupiah itupun hasil dari menjual ikan laut yang bergizi dan kelihatan “akan” lezat bila dibakar tersebut di bagi hasilnya “Kadang kita semua kebagian Rp.70.000,- perorangnya , namun hidup di Pantai Pangandaran itu berat di ongkos hidup  lho,,” Ucapan itu jujur di lontarkan Wanita-wanita pemberani tersebut kepada penulis yang nyeleneh terus bertanya (Saking tidak tahunya alias Awam tentang kegiatan Wanita-wanita hebat tersebut).
Mereka mungkin tidak tahu “di sejauh mata memandang”  di  tengah Samudra Indonesia (di sana)  itu tengah terjadi penangkapan Ikan Besar-besaran oleh Kapal-kapal Asing Negara-negara  (yang ngaku tetangga) dengan posisinya sebagai pencuri ikan illegal.
Dan mereka (para wanita pemberani) itu tidak tahu bahwa haq-nya sebagai Warga Negara Indonesia yang berhaq atas hasil Air ,Laut  dan Tanah Bunda Pertiwinya telah di rampas secara tak lazim (alias di curi oleh orang lain) ,
Lalu para wanita-wanita pemberani itupun Pulang ke Rumahnya masing-masing setelah membelikan uang hasil jerih payahnya tersebut ke Sembako (Sembilan Bahan Pokok) beras 1 Kg,lauk pauk sayuran dan macam-macam kebutuhan sehari-harinya.
Sedangkan di tengah-tengah Samudra Indonesia (di sana)  di beberpa Mill  jarak dari Pantai Pangandaran itu telah terjadi transaksi uang  ratusan juta rupiah (bila di ukur dengan nilai tukar uang Indonesia) perharinya.
Kesimpulan Akhir;
Penulis yang ini (aku)  mungkin akan bilang secara langsung “sangat mendukung sekali peledakan kapal-kapal ikan asing itu , karena kesimpulan itu tidak atas berdasarkan emosi sesaat saja (barangkali) dan penulis akan bilang kepada para pencuri ikan  laut Indonesia ;
 “Hai,,,! Enak aja kau curi Ikan-ikan itu di lautan kami , kau yang nikmati Ratusan Juta Rupiah perharinya  di sana ,  karena kalian pakai alat-alat modern guna  cara maling ikan-ikan laut  milik  kami  disini,,!! (di Pangandaran)  Wanita-wanita Indonesia itu hanya dapat puluhan ribu saja atas  usaha yang dilakukannya , dan dari  tangkapan ikan laut miliknya (Milik Negaranya)   itu hanya  cukup    untuk membeli sembako untuk hidupnya  sehari-hari,,,!”.
Sumber;Kompasiana & My Zone.
KARYA;
Asep Rizal.